
Memasuki pergantian tahun, kamu mungkin jadi lebih sering menjumpai konten tentang resolusi 2025 di media sosial. Pengemasannya pun bermacam-macam. Nggak sedikit yang melempar guyonan, meratapi resolusi tahun sebelumnya yang tak sepenuhnya tercapai dengan gaya jenaka. Namun, ada juga yang benar-benar serius membagikan hal apa saja yang ingin mereka capai sepanjang 2025.
Supaya kejadian resolusi tak tercapai itu menghampiri kamu, aku mau share beberapa tips bikin resolusi 2025 yang realistis. Bagaimanapun, kita semua sama-sama mau jadi manusia yang lebih baik lagi seiring berjalannya waktu, bukan?
Apa itu resolusi dan bagaimana sejarahnya?
Resolusi sebenarnya punya beragam makna di bidang yang berbeda. Di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian yang paling mendekati dengan konteks tulisan ini adalah makna pertamanya yang berbunyi:
n putusan atau kebulatan pendapat berupa permintaan atau tuntutan yang ditetapkan oleh rapat (musyawarah, sidang); pernyataan tertulis, biasanya berisi tuntutan tentang suatu hal: rapat akhirnya mengeluarkan suatu — yang akan diajukan kepada pemerintah.
Agak nggak nyambung, ya?
Setelah aku telusuri lagi, menyusun resolusi tahun baru adalah tradisi yang sudah dilakukan sejak ribuan tahun lalu. Melansir National Geographic, akar tradisi ini disebut berasal dari masyarakat Babilonia yang menjadi salah satu bangsa pertama yang merayakan pergantian tahun.
Profesor Near Eastern Languages and Civilizations dari Yale University, Eckart Frahm, menyebut bahwa ada banyak dokumentasi tertulis tentang Festival Tahun Baru di Babilonia kuno, Suriah, dan tempat-tempat lain di Mesopotamia yang terkait dengan gagasan awal tahun baru. Namun, kegiatan masyarakat di festival tersebut adalah mengungkapkan rasa syukur kepada para dewa atas hasil panen berlimpah, bukan pembuatan resolusi. Sejarah mencatat baru pada akhir milenium pertama SM, seorang raja Babilonia secara terbuka bersumpah untuk menjadi penguasa yang lebih baik.
Di sisi lain, masyarakat Romawi justru memiliki tradisi yang paling mirip dengan masyarakat modern saat Tahun Baru. Mereka mengadakan festival seperti masyarakat Babilonia. Namun, perayaan ini dibarengi dengan unsur-unsur pembaharuan, termasuk “supernatural spring cleaning dan sumpah pembaharuan.
“Tradisi ini berfokus pada awal tahun dengan hal yang positif: membersihkan rumah, memperbaharui stok bahan dapur, melunasi utang, dan mengembalikan barang yang dipinjam,” kata Candida Moss, profesor dengan spesialisasi sejarah kuno dan awal Kekristenan dari University of Birmingham.
Candida Moss melanjutkan, beberapa abad kemudian cikal-bakal resolusi ini kian berkembang masyarakat Puritan memiliki keinginan untuk menghindari pesta dan merenungkan masa depan. Pada periode tersebut, gereja-gereja memiliki tradisi “Sermon Sabat” tiap hari Minggu pertama di awal tahun. Orang-orang biasanya bersumpah untuk menghindari dosa dan alkohol. Menurut profesor sejarah dari Southern Methodist University, Alexis McCrossen, mereka umumnya menggunakan kalimat, “I resolve myself,” atau “I’m resolved to do.”
Baru pada abad ke-19, tradisi menyusun resolusi ini tak lagi tertutup untuk umat Kristiani. Seiring dengan perkembangan zaman dan media informasi, siapa saja kini bisa membuat resolusi untuk diri sendiri terlepas dari apapun agamanya.
Apa manfaat memiliki resolusi?
Resolusi biasanya berisi to-do list kegiatan positif yang ingin seseorang capai di tahun yang baru. Menurut Sabrina Romanoff, PsyD, psikolog klinis dan profesor di New York’s Yeshiva University, resolusi dapat “mengaktifkan harapan dan ekspektasi tentang apa yang kita harapkan agar tercapai ke depannya.”
Dengan menyusun resolusi, artinya kita juga menetapkan tujuan jangka panjang untuk diri sendiri. Situs resmi Positive Psychology telah merangkum pendapat beberapa ahli tentang pentingnya memiliki tujuan hidup, di antaranya:
- Meningkatkan performa
- Meningkatkan fokus dan ketekunan
- Menguatkan motivasi intrinsik
- Meningkatkan otonomi dan self-determination
- Membuat diri lebih menikmati sebuah kegiatan
- Meningkatkan kepuasan pribadi
- Mengembangkan behavior etis
- Meningkatkan behavior kooperatif
- Memiliki wellbeing dan wellness yang lebih baik
- Menimbulkan efek psikologi positif
- Membuat diri termotivasi mengerahkan effort yang lebih besar
- Meningkatkan regulasi emosi dan self-esteem
Bagaimana cara membuat resolusi 2025 yang realistis?
Agar resolusi 2025 kamu tak lebih dari sekadar daftar yang terbengkalai, penting untuk membuatnya menjadi lebih realistis. Caranya adalah menyusun to-do list dengan metode SMART.
1. Spesifik
Sah-sah saja jika kita ingin mencapai hal-hal besar tahun ini, misalnya ingin berat badan turun 20 kg. Namun, jika kamu ingin hal tersebut benar-benar tercapai, buatlah menjadi lebih spesifik.
Alih-alih langsung menetapkan tujuan besar, pecahlah menjadi aksi-aksi kecil yang bisa dicapai dalam jangka pendek. Untuk bulan Januari, mungkin kamu bisa berkomitmen untuk turun 2 kg terlebih dahulu. Dengan demikian, tujuanmu tiap pekannya adalah menurunkan 0,5 kg. Terdengar lebih mudah untuk dicapai, bukan?
2. Measurable (terukur)
Resolusi bisa cepat tercapai kalau tujuan tersebut memiliki indikator terukur agar perkembangannya lebih terlihat. Misalnya, kamu ingin membaca buku setebal 300 halaman dalam waktu sepekan. Artinya, kamu perlu menetapkan berapa halaman yang harus dibaca per harinya seperti 30 halaman saat weekdays (5 hari) dan 75 halaman saat weekend.
3. Achievable (memungkinkan untuk dicapai)
Resolusi hendaknya berupa aksi-aksi yang memungkinkan untuk dicapai. Jika kamu sedang belajar bahasa baru, buatlah goals yang realistis seperti menguasai level dasar dalam waktu 2 bulan. Jika kamu terbukti sudah bisa mencapai hal tersebut, langkah selanjutnya adalah menantang diri dengan level menengah.
4. Relevan
Menyusun resolusi adalah salah satu langkah konkret untuk mencapai tujuan hidupmu. Oleh karena itu, buatlah resolusi yang relevan dengan nilai hidup dan tujuan tersebut agar kamu tidak terbebani dalam perjalanan memenuhinya.
5. Time-bound (punya tenggat waktu yang jelas)
Kembali lagi, deadline adalah aspek penting agar resolusi 2025 kamu bisa tercapai. Dengan menetapkan tenggat waktu yang jelas, kamu akan lebih terdorong untuk segera melakukannya. Pastikan kamu berkomitmen penuh dan tidak menunda-nundanya.
Contoh resolusi 2025 yang realistis
Sebelumnya aku bukan tipe orang yang memiliki resolusi tiap pergantian tahun tiba. Namun, rasanya tidak ada salahnya buat mencoba tahun ini. Melihat bagaimana kehidupanku beberapa tahun ke belakang, sepertinya aku perlu dituntun oleh tujuan tertentu supaya waktuku tak terbuang sia-sia.
Aku berusaha membuat resolusi 2025 milikku serealistis mungkin. Sejauh ini totalnya ada lima. Kalau kamu masih bingung, daftar punyaku ini barangkali bisa menjadi sontekan.
1. Mencatat pencapaian-pencapaian kecil setiap hari
Kalau boleh jujur, sebetulnya aku adalah tipe orang yang gampang sekali merasa kurang dengan diri sendiri. Hal itu seringnya berujung kepada kebiasaan overthinking dan pikiran-pikiran buruk pun berdatangan.
Namun, akhirnya aku sadar kalau hal tersebut tidak sepenuhnya benar. Sepanjang 2024, sebenarnya aku sudah melakukan banyak hal untuk meningkatkan kualitas diriku, mulai dari belajar hal baru hingga bergabung di komunitas. Rasanya aku terlalu menyepelekan diri kalau terus berpikir tentang kekuranganku terus-terusan.
Akhirnya, aku memutuskan mulai tahun ini ingin mencatat setiap pencapaian kecil yang sudah aku lakukan per harinya. Hal sesederhana merampungkan artikel, melakukan olahraga kecil, hingga menyelesaikan satu unit kursus Coursera, semuanya aku catat di Google Sheets tiap malam sebelum tidur. Walaupun baru berjalan beberapa hari, ternyata ada kepuasan tersendiri tiap melakukannya!
2. Minimal sekali sepekan berbagi pengetahuan di media sosial
Dengan pekerjaanku sebagai penulis artikel di media berita, aku selalu terpapar informasi baru setiap harinya. Melihat ke belakang, ternyata aku jarang sekali membagikan pengetahuan dari proses tersebut karena selalu merasa belum cukup ahli. Mindset ini terdengar cukup konyol, tetapi nyata terjadi.
Oleh karena itu, aku berusaha mengubah pemikiran itu pelan-pelan. Aku memutuskan untuk membuat blog ini agar bisa terhubung dengan lebih banyak orang. Di Instagram, aku berencana ngonten minimal sepekan sekali dan membuang jauh-jauh sifat perfeksionisku. Doakan supaya aku bisa konsisten, ya!
3. Luangkan minimal 5 menit untuk peregangan otot
Karena bekerja dari rumah alias work from home (WFH), aku yang sedikit malas gerak (mager) ini akhirnya jadi jarang berolahraga. Efeknya baru terasa saat aku harus berkegiatan di luar, misalnya meliput festival musik yang menguras cukup banyak tenaga.
Supaya nggak jompo-jompo amat, aku menetapkan rutin berolahraga jadi salah satu resolusi 2025 milikku. Nggak harus sampai jadi atlet dadakan. Minimal melakukan peregangan otot selama 5 menit harusnya cukup untuk langkah awal.
4. Makan lebih teratur
Umumnya, manusia makan 2-3 kali sehari. Namun, beberapa bulan terakhir aku suka ceroboh dengan makan hanya sekali sehari karena terlalu malas keluar kamar untuk mencari makan.
Aku berharap, tahun ini aku bisa kembali rutin makan setidaknya dua kali sehari. Sepertinya aku harus lebih rajin hunting resep masakan simpel untuk anak kosan supaya resolusi ini bisa tercapai.
5. Kurangi doomscrolling
Well, yang satu ini mungkin sedikit melenceng dari metode SMART, tetapi aku benar-benar ingin mewujudkannya: mengurangi doomscrolling. Kegiatan terus-menerus scrolling konten negatif ini terbukti bikin aku makin overthinking. Bisa dibilang aku chronically online, terutama pada 2023-2024, sampai aku tahu banyak tren yang nggak penting-penting amat buat diketahui.
Salah satu caraku untuk mewujudkan resolusi ini adalah dengan menerapkan empat resolusi di atas. Terutama dengan komitmen untuk rutin ngonten, aku pasti bakal lebih sibuk untuk menulis dibanding membaca drama netizen yang ada-ada saja tiap jamnya.
Setelah menyimak artikel ini, ternyata punya resolusi 2025 yang realistis bukan hal yang mustahil untuk dilakukan, bukan? Aku sudah punya daftarnya. Sekarang giliran kamu, yuk!
Tinggalkan Balasan